Home » » HOW AM I

HOW AM I


Judul diatas sama dengan judul salah satu film yang menceritakan tentang seseorang yang mengalami kecelakaan hebat sehingga mengakibatkan seluruh memori yang ada di otaknya menjadi terhapus. Ia tidak mampu lagi mengenali kawannya, saudaranya, keluarganya bahkan namanya sendiripun ia telah lupa. Siapa saya?Terdapat ibrah jika kita mau merenungi makna dari film tersebut, yang seakan mengingatkan kembali eksistensi kita sebagai makhluk ciptaan Allah.

Selama ini ternyata kita lupa dengan jati diri kita sendiri, siapa kita, darimana kita berasal, kemana kita akan pulang dan sebagainya. Ada sebuah syair Jawa yang pernah didendangkan oleh budayawean Emha Ainun Najib dengan "Kyai Kanjeng" nya;


Wong mati nyang ngendi parane?

Umpamakna peksi mabur mlesat

saking kurungan

Umpamakna wong lunga sanja

njang sinanjang,

wong sanja bakale mulih

Mulih ning ngisor semboja


Syair diatas menceritakan bahwa muara hidup seseorang di dunia ini adalah kematian, pulang kehadirat Allah sebagai pemilik jiwa kita ini. Tetapi terkadang kita lupa bahwa semua orang pasti akan melewati pintu kematian menuju kehidupan yang hakiki, yakni kehidupan akhirat.

Pangkat, jabatan, harta, simpanan kekayaan, kendaraan yang berjajar dimuka rumah, istri cantik dan anak-anak yang bisa membuatnya bangga, semuanya akan ia tinggalkan. Semuanya tidak akan bisa menolongnya, untuk selamat dari azab Allah, disaat semua amalnya dihisab, kecuali pertolongan dari Allah dan Syafaat dari Rasulullah saw."Barang siapa kenal dirinya, maka ia kan mengenal tuhannya".


Bagaimana kita mengenal kita sendiri? setidaknya ada 3 cara untuk mengingatkan tentang jatidiri kita sebagai seorang manusia.


1. Kenali asal usul kitaManusia lahir di dunia ini dengan perantaraan seorang ibu, tidak ada satupun manusia yang lahir tan[pa melalui rahim seorang ibu kecuali nabi Adam as dan Siti Hawa. Seorang ibu mengandung selama kurang lebih 9 bulan, yang sebelumnya didahului oleh proses biologis pertemuan antara sel spermatozoid dengan sel ovum, yang ditumbuhkan dan dipelihara dalam rahim. Ternyata asal usul kita adalah dari sesuatu yang hina, tidak seperti malaikat yang dicipta dari cahaya.hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur - angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) diantara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah dietahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh - tumbuhan yang indah (QS: Al-Hajj: 5)
Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), Maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata. (QS. Yaasiin :77)
Itulah asalusul manusia. Maka tidaklah kita pantas sombong dihadapan sesama manusia, apalagi dihadapan Allah. Seorang pejabat yang takabbur berarti dia perlu diingatkan kembali tentang asal usulnya dan persamaan kedudukananya di hadapan Allah swt. Begitulah Islam, nasehat menasehati di dalam kebenaran dan nasehat menasehati di dalam kesabaran (QS. Al-Ashr:3)


2. Kenali panca inderaSetelah tazhu asal-usul kita, maka mulailah kita mengenal bagaimana Allah menciptakan kelengkapan panda indera. Mata yang bisa digunakan untuk m,elihat, telinga yang bisa digunakan untuk mendengar, tangan untuk bekerja, kaki untuk berjalan dan berlari dan lain sebagainya, tidak ada satupun yang dicipta oleh Allah itu sia-sia. Sistem kerja dari panca indera kita yang saling melengkapi dengan anggota tubuh yang lain, sehingga terjadi harmonosasi gerakan dari seluruh anggota tubuh utnuk melaksanakan apa yang kita inginkan. Itu semua juga diatur oleh Allah. Maka hendaklah kita gunakan panca indera dan anggota tubuh yang lain untuk melaksanakan ibadah dan syukur kepada Allah yang telah menganugerahkan semua itu. Jangan sia-siakan anggota tubuh kita untuk bermaksiat kepada Allah, karena mereka semua akan bersaksi tentang bagaimana mereka kita pergunakan apakah digunakan untuk kebaikan ataukan keburukan
Pada hari ini kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan(QS: Yaasiin: 65)
Dan jikalau Kami kehendaki pastilah kami hapuskan penglihatan mata mereka; lalu mereka berlomba-lomba (mencari) jalan, Maka betapakah mereka dapat melihat(nya).(QS. Yaasiin: 66)


3. Kenali potensi diriSemua manusia yang diciptakan oleh Allah mempunyai potensi masing-masing. potensi adalah anugerah Allah yang diberikan kepada manusia untuk membantu manusia dalam rangka beribadah kepada-Nya. Potensi yang ada dalam diri kita akan lebih bermakna jika kita mampu mengenali dan memanfaatkannya secara optimal. Potensi yang ada, kita kembangkan menjadi skill. Keahlian seseorang pada bidang tertentu sangat membantu orang lain untuk memahami bidang-bidang lain yang belum ia pahami. Seorang dosen yang ahli dalam bidang akuntansi akan sangat dibutuhkan oleh mahasiswanya yang ingin belajar tentang bagaimana sebenarnya akuntansi itu. Maka kenalilah potensi yang ada di dalam diri kita dan tumbuh - kembangkan menjadi sesuatu keahlian sehingga menjadikan kita manusia yang bermanfaat tidak hanya untuk diri dan keluarga saja akan tetapi juga bagi orang banyak.Dalam proses melakukan hal-hal diatas, maka kita tidak bisa mengelak dari peran Allah swt sebagai Tuhan yang menciptakan semuanya.


Maka jika kita mengenal diri kita sendiri maa allah juga akan kita kenal sebagai Al-Khaliq. Disamping itu janganlah kita melupakan tujuan hidup yakni sebagai Abdullah; hamba Allah yang patuh, tunduk dan taat pada perintah Allah dan Rasul-Nya. melaksanakan semua syariat Allah dalam seluruh aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, politik dan sebagainya. Tidak mendustakan Al-Quran dan Sunnah sebagai pedoman hidup. Dan sebagai khalifatullah; hamba Allah yang mengintrepretasikan nilai-nilai ketuhanan di bumi ini. menjadi wakil Allah di muka bumi yang menerapkan sifat-sifat Allah yang Rahman Rahim, untukberkasih sayang terhadap sesamanya. Tidak sombong dan tinggi hati, karena semua sama di hadapan Allah, yang membedakan adalah derajat ketaqwaannya.Akhirnya, marilah kita ingat kembali siapa kita dan apa tujuan kita diciptakan Allah di bumi ini.


Semoga kita menjadi hamba Allah yang selalu memelihara keimanan dan ketaqwaan dalam bingkai kerahmatan dan ridha Allah Swt. AminBumi Pucang Gading,


Ba"da Subuh, Pertengahan Shaffar 1429 H by : Yuli Prayitno
Share this article :
 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Gold Frog - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger